Sebuah benda tegar bergerak rotasi murni jika setiap partikel pada benda  tersebut bergerak dalam lingkaran yang pusatnya terletak pada garis  lurus yang disebut sumbu rotasi.
2. KECEPATAN SUDUT DAN PERCEPATAN SUDUT
y
P
r
 
O     x
Gambar di atas memperlihatkan sebuah benda pejal yang melakukan gerak  rotasi murni dengan sumbu tetap (sumbu z) yang tegak lurus bidang xy.  Setiap partikel mengalami gerak rotasi terhadap titik O. Oleh karena itu  untuk menyatakan posisi titik P lebih baik digunakan kordinat polar  (r,). Dalam keadaan ini, r tetap konstan dan yang berubah adalah .
Bila partikel bergerak dari  = 0 rad ke titik P partkel telah menempuh lintasan sejauh panjang busur s, dimana :
s = r 
atau      = s/r
dimana  dalam radian ( 2 rad = 360o atau 1 rad  57,3o )
Q t2
P t1
Partkel bergerak dari P ke Q dalam selang waktu t (= t2 - t1) telang  menyapu sudut  (=2 - 1), maka kecepatan sudut rata-rata partikel  adalah :
2 - 1     
t2 - t1       t
kecepatan sudut sesaat adalah
 = lim  / t = d/dt
t0
Catatan : setiap partikel pada benda tersebut akan mempunyai kecepatan sudut yang sama.
Jika kecepatan sudut sesaat dari benda tersebut berubah dari 1 ke 2   dalam selang waktu  t, maka percepatan sudut rata-rata dari benda  tersebut adalah
2 - 1        
t2 - t1         t
dan percepatan sudut sesaatnya adalah :
 = lim  / t = d/dt
t0
Untuk rotasi dengan sumbu tetap, setiap patikel pada benda pejal  tersebut mempunyai kecepatan sudut yang sama dan percepatan sudut yang  sama. Jadi  dan  merupakan karakteristik keseluruhan benda pejal  tersebut.
Arah dari  dapat dicari dengan aturan arah maju sekrup putar kanan. dan  arah  sama dengan arah d/dt yang sama dengan arah  bila dipercepat  dan berlawanan dengan arah  bila diperlambat.
3. GERAK ROTASI DENGAN PERCEPATAN SUDUT KONSTAN.
Untuk mendapatkan persamaan gerak rotasi, kita mengambil langsung persamaan gerak yang sudah diperoleh pada gerak translasi :
(1).   = o + t
(2).   = o  + 1/2 ( + o )t
(3).    = o  + ot + 1/2 t2
(4). 2 = o2 + 2 ( - o)
4. HUBUNGAN ANTARA KINEMATIKA LINEAR DAN KINEMATIKA ROTASI DARI PARTIKEL YANG BERGERAK MELINGKAR.
Panjang lintasan yang telah ditempuh partikel adalah s dan sudut yang  telah disapu . Jari-jari lintasan partikel adalah r yang berharga  konstan.
s =  r 
bila dideferensialkan terhadap t, diperoleh :
ds/dt = d/dt . r 
Kecepatan linear partikel :  v =  r
bila dideferensialkan sekali lagi terhadap t :
dv/dt = d/dt . r
Percepatan tangensial partkel :  at =  r
Pada saat tersebut partikel bergerak melingkar maka partikel juga mendapat percepatan centripetal (radial)
at
a
ar
ar = v2/r
ar = 2r
Percepatan total partikel : a =  ar2+ at2
5. TORSI PADA SEBUAH PARTIKEL.
y
F
F sin
r 
x
r sin  
Torsi oleh gaya F pada sebuah partikel didefinisikan  = r x F
Besarnya torsi
 = r  F sin
rumusan ini dapat diubah menjadi
 = r  (F sin) = r F
atau   = F  (r sin) = F r
dimana F adalah : komponen F yang tegak lurus r dan 
r adalah : komponen r yang tegak lurus F
6. MOMENTUM SUDUT PADA SEBUAH PARTIKEL
y
p
p sin
r 
x
r sin  
Momentum sudut pada sebuah partikel didefinisikan l = r x p, 
dengan p = mv
Besarnya momentum sudut
l = r  p sin 
rumusan ini dapat diubah menjadi
l = r  (p sin) = r p
atau  l = p  (r sin) = p r
dimana p adalah : komponen p yang tegak lurus r dan 
r adalah : komponen r yang tegak lurus p
Dari definisi momentum sudut l = r x p, bila dideferensialkan doperoleh :
dl/dt = d (r x p)/dt
dl/dt = (r x dp/dt) + (dr/dt x p)
dl/dt = (r x F) + (v x mv)  
diperoleh
dl/dt =        dp/dt = F
“Laju perubahan momentum sudut terhadap waktu sebesar torsi  yang bekerja pada partikel tersebut”
7. TENAGA KINETIK ROTASI dan KELEMBAMAN ROTASI
Sebuah benda melakukan gerak rotasi terhadap sumbu tetap. Bila kita  perhatikan n buah partikel pada benda tersebut energi kinetik dari n  buah partikel tersebut adalah :
K = 1/2 m1v12 + 1/2 m2v22 + ... + 1/2 mnvn2 
karena v = r, maka
K = 1/2 m12r12 + 1/2 m22r22 + ... + 1/2 mn2rn2 
K = 1/2 (  m1r12 ) 2 
Energi kinetik rotasi benda :
K = 1/2 I 2      K = 1/2 mv2
dimana I =  miri2 adalah momen kelembaman rotasi atau momen inersia  sistem partikel tersebut. Momen inersia ini tergantung pada :
a. distribusi/bentuk massa/benda tersebut.
b. sumbu rotasi.
Untuk benda-benda kontinu momen inersia dapat dicari dari :
I =  r2 dm
dm
r
Untuk benda-benda tertentu momen inersianya dapat dilihat dalam tabel.  Bila sumbu putar bergeser sejauh h dari sumbu putar yang melalui pusat  massa, maka momen inersianya menjadi :
I = Ipm + Mh2
dimana : 
Ipm adalah momen inersia dengan sumbu yang melalui pusat massa.
M adalah massa total benda.
8. DINAMIKA ROTASI BENDA TEGAR
Sebuah benda berotasi dengan sumbu putar adalah sumbu z. Sebuah gaya F  bekerja pada salah satu partikel di titik P pada benda tersebut. Torsi  yang bekerja pada partikel tersebut adalah :
 = r x F
Arah torsi  searah dengan sumbu z.
Setelah selang waktu dt partikel telah berputar menempuh sudut d dan jarak yang ditempuh partikel ds, dimana
ds = r d   
Usaha yang dilakukan gaya F untuk gerak rotasi ini
dW = F . ds
dW = F cos  ds
dW = (F cos ) (r d)
dW =  d       dW = F . ds
Laju usaha yang dilakukan (daya) adalah :
dW/dt =  d/dt
P =         P = F v
Untuk benda yang benar-benar tegar, tidak ada  disipasi tenaga, sehingga laju dilakukannya usaha pada benda tegar  tersebut sama dengan laju pertambahan tenaga kinetik rotasinya.
dW/dt = dK/dt
dW/dt  = d(1/2 I 2)/dt
     = 1/2 I d2/dt
     = I d/dt
     = I 
   = I       F = m a
9. MENGGELINDING
Misalkan sebuah silinder menggelinding pada bidang datar. Pusat massa  silinder bergerak dalam garis lurus, sedang titik-titik yang lain  lintasannya sangat komplek (cycloid).
Bila jari-jari silinder R, saat silinder telah berputar sejauh , pusat  massa telah bergeser sejauh s = R. Oleh karena kecepatan dan percepatan  linear dari pusat massa dapat dinyatakan :
vpm = R
apm = R
P’ 
2 vpm
Q    vpm
P 
Relatif terhadap permukaan dimana silinder menggelinding, pusat massa  mempunya kecepatan vpm dan titik P’ mempunyai kecepatan 2vpm dan  kecepatan titik P adalah 0, sehingga titik P dapat dipandang sebagai  sumbu putar sesaat silinder yang sedang menggelinding.
Energi kinetik silinder yang menggeklinding tersebut adalah :
K = 1/2 IP 2
= 1/2 ( Ipm + MR2) 2 
= 1/2 Ipm2  +  1/2 MR22
K = 1/2 Ipm2  +  1/2 Mvpm2
Tampak pada ruas kanan, suku pertama menyatakan energi kinetik rotasi  murni dengan sumbu melalui pusat massa, dan suku kedua menyatakan energi  kinetik gerak translasi murni dengan kecepatan pusat massanya. Jadi  gerak menggelinding dapat dipandang sebagai gabungan gerak rotasi murni  dan gerak translasi murni
 

 
 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar